Seringkali kita lihat seseorang dari penghasilan dan gaya hidupnya “life style” sangat bertolak belakang. Baru mampu beli motor tapi sudah pake mobil terbaru, handphone bukan yang biasa tapi udah sekelas IPhone Xs Max atau Samsung Galaxy Note 9, makan-makan enak terus dan posting di sosial media, jalan-jalan ke Korea, Jepang, Eropa tiap tahun. Intinya mau memajukan kesenangan dibayar dimuka dengan cara hutang dulu atau dengan cicilan berbagai kartu kredit tanpa melihat setelahnya.
Tenyata orang-rang dengan tingkat life style seperti itu jumlahnya lebih dari 50% atau bahkan 70%. Lebih banyak mengedepankan gaya hidup “life style” dibandingkan “Wealth Style” gaya yang membuat kita menjadi kaya/ mapan. Memang gayanya orang mapan seperti apa? mereka pasti mau menunda kesenangan untuk mendapatkan hasil lebih baik.
Tunggu atau turunkan dulu kesenangan sampai cukup penghasilan untuk mendapat pasif income, kemudian dari hasil pasif income ini barulah setelah terkumpul 10 kali dari nilainya, barulah kita beli dengan tunai. Contoh pengen punya mobil Alphard 1 M maka setidaknya ada aset pasif income 10 kalinya yaitu 10 M, dengan aset 10 M maka tidak akan menggangu perekonomian keluarga. Barulah beli Alphard 1M langsung bayar tunai.
Kalo kecenderungan sekarang kebalik loh, baru punya tabungan 200 juta udah langsung DP Alphard padahal itu uang tabungan untuk kebutuhan keluarga dan cicilan bulanannya masih pakai uang gaji. Jelas itu akan berpengaruh terhadap alokasi dana cadangan, dana sosial, belanja keluarga dan pendidikan anak.
Mari kita perbaiki perencanaan keuangan pribadi/ keluarga, dengan menunda kesenangan kita sampai aset dari pasif income kita cukup untuk membiayai kesenangan maka saat itu kita dapat menikmati kesenangan dengan nikmat dan tanpa beban.
Healthy Life, Wealthy Financial