Sepertinya akan lebih banyak orang memilih untuk ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone. Katanya bisa mati gaya kalo sehari tanpa handphone, masa sih?. Handphone sudah seperti separuh hiduphehehe.
Tanpa memungkiri sayapun pernah berada dalam masa-masa dimana handphone memudahkan ngeblog, googling, surfing, games, membantu banyak pekerjaan hingga bergantung dan tak bisa berpaling darinya.
Kini saya menyudahinya, saya merasa handphone pintar membuat kita semakin bodoh, bergantung padanya dan anti sosial. Bukannya saya anti handphone tetapi menggunakan hanya seperlunya. Saya jarang sekali menggunakan handphone dihari sabtu minggu karena itu hari untuk keluarga. Dihari kerjapun saya hanya membuka email dan media sosial hanya saat jam istirahat (1 jam saja cukup). Setelah pulang kantor handphone hanya diletakan dimeja saja. Handphone berfungsi untuk telpon, sms, google maps (untuk cari jalan alternatif menghadapi kemacetan Jakarta) dan foto-foto.
Apakah itu sulit? iya pada awalnya tetapi sekarang saya menikmatinya. Kebahagiaan saya tidak berubah justru bertambah karena kualitas komunikasi (melihat, menatap, bersentuhan) menjadi nyata. So mulai sekarang kurangilah kebergantungan kita pada handphone dan kembalikanlah fungsi handphone/ smartphone kepada fungsi sesungguhnya.