Saya merasa cukup beruntung karena selama ini banyak tinggal di daerah-daerah di Indonesia yang kaya warna. Sorong, sebuah kota kecil di ujung Barat Papua merupakan salah satu kota favorit yang pernah saya singgahi semasa kecil. Tempat yang indah ini menghadirkan kehidupan kota yang begitu kontras dengan sebagian daerahnya yang masih liar dan belum tersentuh teknologi maju. Salah satu hal yang saya ingat sewaktu tinggal disana adalah saat keluarga saya dikunjungi oleh sepasang suami istri yang sedang menunggu kelahiran anak pertama mereka. Gambar diambil disini.
Kata Ibu saya, mereka ini adalah sepasang keluarga muda dari Pulau Jawa yang ingin membangun sebuah keluarga dengan menjadi transmigran. Tapi, seperti yang sudah kita ketahui, kehidupan sebagai transmigran memang berat. Untuk mencapai tempat tinggalnya, mereka butuh naik mobil selama berjam-jam sampai ke pinggiran Kabupaten Sorong. Akses terhadap fasilitas kesehatan disana juga sangat sulit. Jangankan rumah sakit, di tempat ini, bahkan Puskesmas saja tidak ada. Karena itulah, keluarga yang sedang menanti kelahiran anak mereka ini pun kemudian tinggal di rumah kami sampai bayinya lahir dan sudah cukup besar untuk pulang kembali ke daerah transmigrasi.
Bagi banyak orang-orang yang hidup di kota besar, tentu hal seperti ini tidak pernah menjadi sebuah masalah. Namun, bagi mereka yang tinggal di tempat-tempat terpencil yang tersebar di seluruh Indonesia, langkanya fasilitas kesehatan merupakan sesuatu yang sangat serius. Kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam memang merupakan kendala besar yang menyebabkan ketidakmerataan akses layanan kesehatan di negara ini. Selain itu, belum tertatanya jaminan kesehatan untuk masyarakat, tingginya biaya pengobatan, dan rendahnya kemampuan untuk membayar biaya pengobatan membuat jalan menuju sehat makin sulit bagi mereka yang tidak punya banyak uang.
Ini membuat saya memikirkan nasib para warga Indonesia yang tinggal di daerah perbatasan, pegunungan, pulau-pulau kecil, pedesaan yang masih sangat sederhana, maupun wilayah pesisir miskin. Di daerah-daerah ini, tak jarang kita temukan minimnya infrastruktur vital seperti jalan raya dan listrik. Apa yang terjadi jika apabila orang-orang yang tinggal di daerah-daerah ini jatuh sakit? Bagaimana dengan para lansia yang sudah mulai sakit-sakitan? Apakah mereka mendapatkan hak untuk mendapat layanan kesehatan yang terjangkau meskipun sudah tidak bekerja lagi.
Apakah akses layanan kesehatan yang baik hanya tersedia bagi mereka yang tinggal di kota besar? Tidak juga. Dimanapun, penyediaan layanan kesehatan dapat menjadi tantangan tersendiri. Bahkan ketika sudah tinggal di kota besarpun, sering kali kita dihadapkan dengan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Hal ini membuat pengobatan menjadi sangat terbatas dan tidak terjangkau bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Pemerintah dalam hal ini sudah membuat program-program yang memberikan kemudahan akses layanan kesehatan bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah. Kita pasti tahu sudah pernah mendengar tentang beragamnya sistem jaminan sosial. Ada Jamsostek untuk tenaga kerja swasta, ASKES dan Taspen untuk Pegawai negeri, dan ASABRI untuk TNI/ Polri. Sementara itu, untuk masyarakat yang kurang mampu, ada JamKesMas dan JamKesDa. Apakah itu semua cukup? Lagi-lagi tidak. Tetap saja masih banyak masyarakat yang belum bisa memperoleh hak dasarnya terhadap layanan kesehatan yang dapat diakses. Karena itu, semoga saja janji pemerintah dengan adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) I dan II akan segera terealisasi.
Tapi, rasanya salah kalau kita berpikir bahwa pekerjaan rumah yang menumpuk seputar keterbatasan akses layanan kesehatan ini hanya merupakan masalah pemerintah. Semua kendala yang dihadapi oleh bangsa ini adalah pekerjaan rumah bersama dan bukan semata-mata tugas dan tanggung jawab dinas kesehatan, tenaga medis, dan Puskesmas. Semua orang sebenarnya dapat turut berpartisipasi untuk mendekatkan layanan kesehatan yang terjangkau pada semua penduduk Indonesia yang membutuhkan.
Sebagai warga negara kita juga dapat andil untuk membantu. Sebenarnya, hal-hal luar biasa terkadang hanya dimulai dengan sebuah gagasan atau ide yang sederhana. Sekarang, coba pikirkan apa yang dapat kita lakukan untuk membantu lebih banyak orang mendapatkan akses layanan kesehatan yang lebih baik. Misalnya, untuk daerah terpencil kita dapat menjangkau penduduk dengan mendirikan klinik terapung yang dilengkapi kapal ambulans berisi peralatan medis, obat-obatan, dan sarana komunikasi yang memadai untuk membantu daerah-daerah yang tidak tersentuh oleh puskesmas maupun puskesmas pembantu.
Apabila contoh tersebut terlalu sulit, kamu bisa membantu dengan menyebarkan informasi kesehatan dan pengetahuan bagi desa-desa terpencil yang jauh dari akses layanan kesehatan. Punya ide untuk membuat perpustakaan sehat? Tentunya, masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap pengetahuan mendasar tentang kesehatan dapat sangat terbantu apabila buku-buku dan majalah tentang kesehatan tersedia di daerah mereka. Gambar diambil disini.
Bagi para ibu hamil, kita dapat membuat kalender edukasi dengan berbagai informasi kehamilan dan gambar-gambar yang dapat menambah wawasan dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan, terutama terkait kesehatan ibu hamil dan bayinya. Ingin mensosialisikan tanaman berkhasiat asal Indonesia? Bantu ciptakan tradisi “Rumah Sehat” dengan penanaman TOGA ( tanaman obat untuk keluarga), pelestarian tanaman obat, serta mengedukasi masyarakat mengenai manfaat tanaman obat dan memanfaatkan lingkungan untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Bahkan generasi muda pun dapat berbagi dengan masyarakat yang kurang mampu di sekitar rumah, baik dengan menyediakan bantuan kesehatan atau pelatihan keahlian untuk P3K.
Saya yakin kita semua pasti memiliki sebuah ide-ide segar yang dapat digunakan untuk membantu lebih banyak orang agar dapat memperoleh akses layanan kesehatan yang lebih baik. Gagasan yang kamu punya pun tidak harus muluk-muluk. Siapa tahu saja, idemu yang sebenarnya sangat sederhana pada akhirnya dapat menimbulkan dampak positif yang luas.
Sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan akses layanan kesehatan di Indonesia, Philips menggelar sebuah kompetisi yang disebut The “+” Project. Dalam kompetisi ini, siapapun dapat menyampaikan idenya untuk memaksimalkan akses layanan kesehatan di Indonesia. Di akhir program, mereka yang memiliki ide terbaik akan dibantu oleh Philips Indonesia untuk mewujudkan programnya. Jadi, kita tidak hanya dapat bicara, tapi juga dapat mewujudkan ide tersebut menjadi langkah nyata. Supaya lebih semangat, setiap minggunya Philips akan memberikan hadiah bagi ide terbaik. Tidak ada batasan dalam memasukkan ide. Setiap orang bebas berpartisipasi dan berkontribusi dalam mewujudkan akses layanan kesehatan yang lebih baik di Indonesia.
Kalau kamu tertarik untuk berkontribusi demi peningkatan akses layanan kesehatan yang lebih baik di Indonesia, kunjungi websitenya di http://philips.co.id/plus . Pilih tantangan yang kamu inginkan dan berikan ringkasan idenya, maksimal 1000 kata. Jika ada, materi pendukung berupa foto atau video bisa ditambahkan. Mekanisme kompetisi selengkapnya bisa dibaca disini atau langsung kesini untuk mengirimkan ide mengenai akses layanan kesehatan.
Jangan takut untuk menyatakan idemu meski itu sangat sederhana. Mulailah berkontribusi bagi bangsa meski hanya dimulai dari sebuah gagasan. Mari berbagi untuk sesama dan merealisasikan mimpi untuk Indonesia yang lebih sehat!