Menurut Ken Kendler dari Virginia Commonwealth University menemukan bahwa mungkin ada gen-gen yang dapat mengubah risiko depresi dalam respon seorang wanita khususnya selama periode pascapersalinan (The Female Brain, 2006).
Otak wanita setelah melahirkan bayinya menjadi sedikit berbeda. Sang ibu akan menjadi terlalu waspada pada si bayi, tangisan bayi, tidak bisa tidur setelah menyusui, ketakutan akan kematian bayi, gelisah, stress berlebih tanpa alasan jelas. Wanita dengan depresi pasca melahirkan bergelut dalam identitas baru sebagai “ibu”, hilang sebagai individu utuh, perubahan bentuk tubuh.
Dalam hati kecil wanita pascapersalinan ada perasaan takut ditelantarkan pasangan dan keluarga dekat. Seringkali wanita dilingkupi rasa malu untuk mengungkapkan perasaannya karena diharapkan merasa bahagia dengan kelahiran anaknya padahal tidak selalu demikian.
Wanita dalam masa seperti ini sangat membutuhkan bantuan pasangannya, berikan pijatan yang menentramkan hati dan percakapan yang hangat agar jumlah serotonin meningkat dan menimbulkan perasaan bahagia. Wanita perlu itu hehehehe… karena kompleksitas suasana hati akan mempengaruhi penyeimbangan hormonal, identitas menjadi ibu baru, menyusui, tidur, anak dan suami *banyak deh…*.
wah..untng saya dilahirkan laki2 😀
http://oktasihotang.com/2008/11/07/peminta-minta-itu
hehehe… saya belajar dulu aja… 😉
[senyum 🙂 ]
memang benar… jadi buat para aby…dan calon aby… harus lebih sayang yah sama istrinya…
plus anaknya juga loh….
weeew, menurut EYD, yang benar adalah ‘mengubah’, bukan ‘merubah’ seperti yang Rina tulis di paragraf pertama. ‘Merubah’ itu artinya berubah menjadi ‘srigala’ (rubah). Kata dasar ‘mengubah’ adalah ‘ubah’, bukan rubah. ayo dibenerin… 😛
sama gak sama sypthom ‘baby blue’ ?… sama kali yah ? semoga sama.. *pertanyaan retorik*
@ Okta Sihotang
ada enaknya juga ya…
@ gbaiquni
belajar apa belajar? hehehe
@ noname
memang harus sayang istri 🙂 *belai-belai*
@ umy-nya-biliqis
anak pasti akan disayang dan diperhatikan 24 jam 🙂
@ JalaSutera.com
makasih mas editor hehehe.
sudah diperbaiki.
Terimakasih *muah muah muah muah*
@ hawe69
apa kabar mbak hawe 69?…. semoga sehat selalu .
gejalanya memang hampir mirip Baby Blue Syndrome.
Tapi bukan berarti setiap wanita yang baru melahirkan akan berperilaku seperti ini.
Yang pasti cara berpikir wanita setelah melahirkan pasti berbeda, hidupnya bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk melindungi anaknya. naluriah gitu deh….
hmmmm apa yachhh!!! soalnya dirikuh kan bukan wanita
Makasih pelajarannya… saat ini isteri lagi hamil sebulan!
berat juga ya menjadi seorang wanita…dikawini, hamil menikah dan bisa depresi
Moga istriku ga merasakannya 😀
kalo pasca putus cinta obatnya apa yah?
“Tuhan tolonglah aku sedang patah hati … [ari laso mode ON]”
hmmm,, klo saya kan laki-laki 🙂
wahhhh disini semakin beragam saja informasi masalah obat 😀 kalau bisa informasikan masalah obat2 murah yang bisa di jangkau oleh simiskin 😀
Wah…sepertinya mbak rina mo persiapan, nih…
Keren, mbak..!
BTW, indikasi ama “BABY BLUES” itu bedanya dimana, ya ?
Wah, berguna sekali infonya, thanks ya, salam kenal 🙂
wuih, penitng nich…hehe…
hai!!!!!!!! menurut g seh artikel2 di web nih cukup bagus, g tau dari Willy (temen sekelas) trus pengen nanya nih
apakah setiap wanita pasti mengalami hal seperti itu setelah melahirkan?
bagaimana cara mengatasinya? dan apakah hal itu masih dianggap sebagai kewajaran atau perlu penanganan khusus dari seorang psikolog?
em…. BTW susah ga belajar farmasi?
truz lulusan atau kuliah dimana?
sorry kalo banyak nanya, BTW soalnya tertarik neh jadi penerusnya….
@ mudita
Hi, Salam kenal ya…. temennya willy pasti pinter 🙂
Hampir setiap wanita pascapersalinan mengaaminya. ini bukan “baby blue syndrome” loh.
Biasanya dampak psikologisnya kan berkurang seiring dengan perkembangan si anak, geto…
Untuk mempercepat proses ini diperlukan peran ayah yang sangat besar. pemberi ketentraman dan kenyamanan. menjaga kondisi rumah tangga agar nyaman dan tenang.
Kalo ngomongin farmasi itu susah banget hehehhe.
Yang penting tahu kalo masuk farmasi harus mengusai IPA, hapalan yang banyak dan laporan yang banyak 🙂
Dihalaman about saya menulis, saya alumniUniversitas Pancasila Jakarta. btw, jangan lupa ambil program profesi apoteker setelah lulus sarjana.
Semoga bisa masuk farmasi. banyak hal yang menyenangkan. asal dibawa senang aja kuliah dan prakteknya.
buku The Female Brain bs dibeli dmn?mohon informasinya.. thx
@ earlymorning
Buku “the Female Brain” bisa ditanyakan di toko buku Gramedia. Semoga mereka masih punya stoknya.
kalo mau cari yang versi bahasa inggrisnya. bisa cari di amazon. harganya sedkit lebih mahal.
kesini deh http://www.amazon.com/Female-Brain-Louann-Md-Brizendine/dp/0767920090#reader