Depresi Pascapersalinan

the-female-brainMenurut Ken Kendler dari Virginia Commonwealth University menemukan bahwa mungkin ada gen-gen yang dapat mengubah risiko depresi dalam respon seorang wanita khususnya selama periode pascapersalinan (The Female Brain, 2006).

Otak wanita setelah melahirkan bayinya menjadi sedikit berbeda. Sang ibu akan menjadi terlalu waspada pada si bayi, tangisan bayi, tidak bisa tidur setelah menyusui, ketakutan akan kematian bayi, gelisah, stress berlebih tanpa alasan jelas. Wanita dengan depresi pasca melahirkan bergelut dalam identitas baru sebagai “ibu”, hilang sebagai individu utuh, perubahan bentuk tubuh.

Dalam hati kecil wanita pascapersalinan ada perasaan takut ditelantarkan pasangan dan keluarga dekat. Seringkali wanita dilingkupi rasa malu untuk mengungkapkan perasaannya karena diharapkan merasa bahagia dengan kelahiran anaknya padahal tidak selalu demikian.

Wanita dalam masa seperti ini sangat membutuhkan bantuan pasangannya, berikan pijatan yang menentramkan hati dan percakapan yang hangat agar jumlah serotonin meningkat dan menimbulkan perasaan bahagia. Wanita perlu itu hehehehe… karena kompleksitas suasana hati akan mempengaruhi penyeimbangan hormonal, identitas menjadi ibu baru, menyusui, tidur, anak dan suami *banyak deh…*.

22 Replies to “Depresi Pascapersalinan”

  1. weeew, menurut EYD, yang benar adalah ‘mengubah’, bukan ‘merubah’ seperti yang Rina tulis di paragraf pertama. ‘Merubah’ itu artinya berubah menjadi ‘srigala’ (rubah). Kata dasar ‘mengubah’ adalah ‘ubah’, bukan rubah. ayo dibenerin… 😛

  2. @ Okta Sihotang
    ada enaknya juga ya…

    @ gbaiquni
    belajar apa belajar? hehehe

    @ noname
    memang harus sayang istri 🙂 *belai-belai*

    @ umy-nya-biliqis
    anak pasti akan disayang dan diperhatikan 24 jam 🙂

    @ JalaSutera.com
    makasih mas editor hehehe.
    sudah diperbaiki.
    Terimakasih *muah muah muah muah*

  3. @ hawe69
    apa kabar mbak hawe 69?…. semoga sehat selalu .
    gejalanya memang hampir mirip Baby Blue Syndrome.
    Tapi bukan berarti setiap wanita yang baru melahirkan akan berperilaku seperti ini.

    Yang pasti cara berpikir wanita setelah melahirkan pasti berbeda, hidupnya bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk melindungi anaknya. naluriah gitu deh….

  4. hai!!!!!!!! menurut g seh artikel2 di web nih cukup bagus, g tau dari Willy (temen sekelas) trus pengen nanya nih
    apakah setiap wanita pasti mengalami hal seperti itu setelah melahirkan?
    bagaimana cara mengatasinya? dan apakah hal itu masih dianggap sebagai kewajaran atau perlu penanganan khusus dari seorang psikolog?

    em…. BTW susah ga belajar farmasi?
    truz lulusan atau kuliah dimana?

    sorry kalo banyak nanya, BTW soalnya tertarik neh jadi penerusnya….

  5. @ mudita
    Hi, Salam kenal ya…. temennya willy pasti pinter 🙂
    Hampir setiap wanita pascapersalinan mengaaminya. ini bukan “baby blue syndrome” loh.

    Biasanya dampak psikologisnya kan berkurang seiring dengan perkembangan si anak, geto…
    Untuk mempercepat proses ini diperlukan peran ayah yang sangat besar. pemberi ketentraman dan kenyamanan. menjaga kondisi rumah tangga agar nyaman dan tenang.

    Kalo ngomongin farmasi itu susah banget hehehhe.
    Yang penting tahu kalo masuk farmasi harus mengusai IPA, hapalan yang banyak dan laporan yang banyak 🙂

    Dihalaman about saya menulis, saya alumniUniversitas Pancasila Jakarta. btw, jangan lupa ambil program profesi apoteker setelah lulus sarjana.

    Semoga bisa masuk farmasi. banyak hal yang menyenangkan. asal dibawa senang aja kuliah dan prakteknya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: