Pilih Mana Dokter Atau Farmasis?

Saat ini dengan melimpahnya informasi obat dan kesehatan, kita dapat memilih sendiri semua informasi tersebut. Namun terkadang ada saja informasi yang keliru, mitos yang salah, dll. Kepada siapakah kita dapat bertanya mengenai sumber informasi obat yang terpercaya?

Jawabannya terserah anda, mungkin ada yang mencari sendiri, tanya tetangga, tanya dokter, tanya temen, dll. Saya pribadi kalo disuruh memilih lebih memilih bertanya kepada farmasis. Maaf para dokter jangan marah… kalo saya tulisnya farmasis.

Memang profesi farmasis atau apoteker masih dipandang sebelah mata atau tidak populer ditelinga masyarakat. Tidak ada yang tau susahnya jadi farmasis. Kurangnya sosialisasi ke masyarakat menyebabkan farmasis hanya bekerja dibelakang layar dan hanya bekerja dalam alur distrusi obat. Padahal secara jalur akademik seorang farmasis mengerti obat sampai hal yang mendetail, mulai dari sintesis, formulasi, pembuatan, sampai distribusi obat.

Umumnya masyarakat hanya tau siapa sih farmasis atau apoteker? ituloh, mbak yang jaga di apotek yang namanya mejeng didepan pintu masuk. Padahal jika seseorang akan dikatakan sebagai seorang apoteker, diaharuslah lulus sarjana farmasi dan kemudian mengambil program profesi apoteker utuk melengakapi kompetensinya.

di luar sana banyak informasi tentang kesehatan, dan banyak pula yang menyesatkan. jangan tinggal diam. sudah saatnya yang merasa sebagai anak farmasi angkat bicara. jangan malu menunjukkan kemampuan diri. mana pharmaceutical care untuk masyarakat.

saya ingin farmasis punya peran dalam keluarga juga masyarakat. jadikan kita (para farmasis) sejajar dengan rekan sejawat tenaga kesehatan lain.

Akhirnya saya ingin mengarisbawahi bahwa kita sesama tenaga kesehatan adalah rekan sejawat, mari kita hidup dalam harmoni yang sehat. melakukan tugasnya masing-masing sesuai pada porsinya.

FARMASI SATU…

61 Replies to “Pilih Mana Dokter Atau Farmasis?”

  1. kalo bisa saya gak milih 2 2 nya untuk milih2 obat……

    untuk milih2 obat artinya saya harus sakit dulu…..

    lebih baik ketemu dokter atau farmasi dalam keadaan sehat dan gak lagi milih obat…apalagi obatnya obat panu dan cacingan……..

  2. baru denger lagi *nangis bombay* .. hmm .. pantesan temen-temen saya yang kuliah di farmasi banyak yang ngeluh .. bahkan sebagian ada yang mutusin ngga nerusin kul .. πŸ˜› ternyata ..

    enakn jadi bidan kali ya .. dulu saya kepikiran mau jadi bidan .. tapi ternyata .. laki-laki ngga bisa jadi bidan .. πŸ˜€

  3. pilih jadi plastic suregeon, duit nya banyak, daripada accountant, kuliah susah2, kurus kering, ngutang sana-sini buat beli buku, pas udah kerja, lari nya kemarketing, eeh ketemu setan-setan.. dikejar2 marketshare.. ampuuun…

    mo jadi dokter bedah plastik ajaaah!!!

    * McNamara/Troy wannabe *

  4. saya ngerti maksudnya mbak dan sudah mengalami faedah dari memiliki kenalan seorang farmasis ..( *eh baru tau istilah ini ..farmasis gitu loh.. cieee *)

    kakak kandung saya meski bukan farmasis, tapi seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan buku Direktori Obatnya (ISO) telah berkali2 menyelamatkan aku dan dompetku.

    Andai aja aku ke dokter, pasti dikasih obat yang mahal, biar gede bonusnya, padahal sebenarnya ada obat yang murah.

    So.. it is definite .. Saya pilih farmasis mbak πŸ™‚
    lebih spesialis.

  5. pertama kali datang nih. wow headernya aja udah gambar obat, ini bener2 blog seorang farmasis πŸ™‚

    *curhat*
    dulu pingin euy jd apoteker, tp ngga lulus masuk ke farmasi, hehe.. ngga deng, ngga sempat daftar ke farmasi kok, tp tetep pingin.. (halah)

    o iya saya pernah baca soal ‘kerjasama’ antara dokter dan (entah) farmasis apa bukan (pokonya perusahaan obat), tentang harga obat yang katanya ada kemungkinan dimanipulasi, hingga kadang sebutir obat bisa sampai ratusan ribu harganya. dokter hanya tinggal menuliskan resep tertentu yang sudah disepakati sebelumnya untuk ditebus pasien. hmm.. gimana tuh sudut pandang dari tukangobatbersahaja?
    (saya cuma pernah baca yaa, jadi nanya, bukan nyebarin hoax) hehe..

    *peace aaah* πŸ™‚

  6. @ yu2n
    itu benar bukan hoax πŸ™‚ sudah bukan rahasia umum lagi jika setiap dokter yang menulis resep tertentu dia akan mendapat bonus, hadiah dari setiap penulisan resepnya jika mempromosikan obat buatan pabrik itu, itu, ono….

  7. uh oh, farmasis dooonggggg! *narsis mode on* πŸ˜›

    uhhh… jadi pengen curhat nih, tapi gak enak deh di depan umum πŸ˜›

    eh eh, tp saya pengen nanya deh, bahagia gak mbak jadi farmasis?
    pertanyaan retoris? Mungkin! πŸ˜†

  8. @ takochan
    saya juga pengen curhat betapa kejamnya *hiks-hiks 99kali*
    kini….
    saya bahagia lihat Bapak ama Ibu bisa senyum di hari wisuda saya :). kuliah lama bro….
    *curhat beneran* akhirnya nama saya ada embel-embelnya

  9. ia pas kali itu K’ ….
    ayo .. maju terus farmasi.

    tapi ingat lo …, jangan suka manipulasi harga obat ama pembeli. heheheheheh πŸ™‚ pissssssss

  10. Tapi kan aturannya, jika sakit masyarakat berobat ke dokter.

    Keluarga saya, punya buku Farmakologi, serta DOI (Daftar Obat Indonesia) dan punya teman-teman Farmasis….ini berguna untuk mendiskusikan obat apa saja yang diberikan, fungsinya apa, kontra indikasi nya dsb nya.
    Menurut saya antara dokter dan Farmasis hendaknya simbiose mutualistis…namun pasien berhak untuk mendapatkan penjelasan apa risiko dari pengobatan yang diberikan, apa risiko jika tak mengambil saran tsb.

  11. saya ingin farmasis punya peran dalam keluarga juga masyarakat. jadikan kita (para farmasis) sejajar dengan rekan sejawat tenaga kesehatan lain.

    — lho lha iya memang gitu seharusnya kan?

    kalo disuruh memilih pilih mana dokter atau farmasis dalam mencari sumber informasi tentang kesehatan dan memilih obat?

    — lha kenapa harus memilih? bukannya kita harusnya mencari informasi dari kedua sumber tersebut?

    πŸ™‚ *oot* makasi ya udah maen ke blog saya,.

  12. punya teman anak farmasi juga.. kasian kalau ngeliat dia lagi dapet tugas.. bukunya tebel2 ngeri.. sama kya kedokteran..
    ya benernya apoteker ahli dalam membuat obat yang dikira masyarakat hanya itu.. padahal pengetahuan akan kesehatan pun banyak sekali..

    selamat berjuang menjadi Farmasis..
    karena tanpa Farmasis dokter gak ada apa2nya.. hehe

  13. kalo dokternya cakep aku pilih dokter tapi kalo farmasis orangnya lebih cakep kayak tukang obat bersahaja ini, ya aku pilih farmasis.*tetep pd meski benjol2 ditimpuk tukang obat*

  14. seriusnya sih, setuju dengan menggali informasi dari keduanya. dokter khan nyari di bagian mana organ tubuh kita yang bermasalah dan farmasis mencari pake apa yang tepat untuk ngobatinnya. dokter tergantung ma farmasis tuk mendukung prediksinya terhadap penyakit penderita dan farmasis tergantung thd resep dokter untuk meracik obat yang tepat. *netral mode on *

  15. tukangobat, pharmacist laku banget di arena pharmaceutical company, kayak kacang goreng, di abbott, pharmacist selalu dapet first prioritize .. mereka each year selalu pasti terbang ke benua eropa untuk ikut gathering nya pharmaceutical ABBOTT.. aq ngiri…

  16. Salam kenal buat semua,

    Mau berbagi sepotong ROTI ?

    Pilih-pilih, timbang-timbang,
    berat yang kanan digigit
    berat yang kiri digigit
    lama-lama rotinya habis

    ayo ke : limpo50.wordpress.com
    cari : Farmasis, dokter, obat rasional dsb….

  17. Saya pilih keduanya. Saya akan tanya tentang kesehatan kepada dokter (yang saya kira lebih banyak tahu) dan tentang memilih obat kepada apoteker (mudah-mudahan ada di apoteknya ya shg bisa ditanya langsung oleh pelanggan apotek tsb…he..he)

  18. waktu kecil saya punya cita-cita jadi dokter. oalah, ternyata nggak kesampean. daftar ke s1 pilih farmasi, tehnik dan sastra. eh, ternyata malah sastra yang masuk. jadilah salah sekarang tukang sastra, bukan tukang obat, apalagi tukang insinyur. nasib orang memang beda-beda kok.

  19. hmmm…aq taun nie bru mo msuk farmasi

    susah g sie…???

    kalo aq liat dari comment orang katnya sie susah???

    beneran ta?

  20. menurutku, perbandingan ini harus diperhatikan sejak awal. hubungan apoteker dan dokter adalah harmoni, tdk dpt dipilih mana yg terbaik. klo mau bandingkan, bandingkan saja apoteker dgn tkg jual obat yg notabene ga ada jalur studi formal, maka terpilihlah apoteker yg unggul dan hebat. kita beda profesi bukan untuk bersaing nama baik. antara dokter bidan apalagi perawat adalah sejajar, kita adalah satu tim, dan tim suksesnya adalah apoteker. semangat ya,tak perlu memikirkan hal-hal yg akan mengotori niat baik kamu masuk farmasi. oke…

  21. sebenarnya yg buat mahal itu kalo resepin merk obat paten, kalo sbg general practitioner yg peduli jogja sehat, biaya jasa 20 rb atau gratis untuk anak kost. tp 10 buah obat paten 25rb.ya ga perlulah angkat topik pilih mana gtu…hiks.

  22. dokter….
    lagian seorang farmasis ga boleh ngasih obat buat pasien loh….memangnya anda di ajarin buat mendiagnosa pasien apa…anda tahunya fungsi obat….jadi insyaflah…farmasis gini neh yang buat nama dokter jadi jelek!!ntar salah 2 dokternya nyalahin teman sejawat padahal yang ngasih obat farmasis!!Setiap tenaga kesehatan punya tugas masing2..sedangkan dokter juga ada spesialisnya tanda mendiagnosa itu susah mbak…jadi bukan sakit kasih obat..enak bener..jadi banggalah dengan tugas anda dan jangan mengerjakan yang bukan bidang anda yang bakal merusak nama bidang kesehatan indonesia…ga mau kan ntar pasien ga percaya dokter??yang berarti ga ada pasien yang beli obat ke anda!!

    1. Setuju. Dokter kehaliannya mendiagnosa pnyait pasien, Farmasis memberikan obat yg tlah diresepkan dokter. klo memang resep yg diberikan dokter tdk rasional ya di konsultasikan dng dokternya. Dokter itu Tenaga medis. Farmasis tenaga Kefarmasian. dah dibedakan kok profesinya. Ngapain pusing.

      Jd jngan mimpi farmasis bisa ambil tindakan medis, bgitu pula sbaliknya. Jangan tinggalkan Pos anda sebagai farmasis yg NB. mengetahui analisa zat aktif, alur produksi, QC/QA, pengemasan, penyimpanan obat, dan pendistributian, hingga plyanan kefarmasian- kasihan masyarakat klo anda tidak konsen. Salam sukses tuk Dokter & Farmasis Indonesia

      =============================================

      Terimakasih

      1. @KS : coba dibaca dulu baik-baik postingan ini. postingan ini kan hanya menjelaskan tentang sumber informasi obat yang baik, dalam hal ini tentu saja apoteker seharusnya yang lebih banyak tahu/berkompeten daripada dokter. bukannya menuntut apoteker untuk mengambil atau melakukan tindakan medis seperti dokter.

        =========================================

        Setuju. Semua profesi punya ruang geraknya masing-masing dan kita harus bersinergi.
        Terimakasih

  23. benar baget,sacara sebagian besar dimasyarakat blm ada yang tau apoteker.sebaiknya sebagai apoteker kudu mensosialisasikan profesinya en jangan mau jadi apoteker Tekab (tekan kontrak langsung kabur deh).

  24. menurut saya, semua harus sesuai fungsinya, karena mengobati penyakit tidak hanya tentang memilih obat tetapi proses menegakkan diagnosis. Jadi jangan jadi farmasis yang mau menggantikan posisi dokter atau dokter yang mengabaikan peran farmasis.

  25. @drmarah halim :
    farmasis boleh kok menyerahkan obat buat pasien… justru farmasislah yang harusnya memberikan konseling tentang obat..

    soal mendiagnosa memang farmasis tidak diajari, paling klo belajar penyakit cuman dari patofisiologi aja, tetapi kita juga diajarkan tentang farmakoterapi dan farmasetika, sehingga kita bisa memberikan konseling tentang obat pada pasien..

  26. drmarah halim on ::mas dokter dan apoteker itu stratanya sama levelnya sama dan urgensi nya sama pula.contohnya kalau pengangkatan pegawai negri dokter n Apoteker ini sama golonganx 3B.nah sekrg yg menjadi petanyaan beda nya dimana dong?cuma sisi jobnya aja yg beda.dan di dalm uud kesehatan pun juga sdh jelas di tambah lg di PP51 ,seorang apoteker bisa memberikan obat atau konseling dan DOWA daftar obat wajib apotek yg NB nya obat keras semua.tetapi yg berhak kasih cuma seorang farmasis dan obt ini tanpa resep dokter pun bisa distribusi dan diserahkan.

    Catatan,: jgn ngottot tpi liatlah aturan.tksy,

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: